Santai Aja, Namanya Juga Hidup!
처음 살아보니까 그럴 수 있어
As You Live for The First Time
Oleh Yozuck
Penerbit TransMedia Pustaka
Cetakan ke-1, Tahun 2019
312 hlm; 13x19 cm
ISBN (13) 978-623-7100-20-1
Rp110.000,-
Rate: 9/10 🌟
(tab for HD resolution) |
Buku apa yang kamu baca berapa kalipun tidak akan bosan? Jawabanku adalah buku ini.
Sebab, buku karya―Penulis sekaligus Ilustrator―Yozuck ini isinya hanya percakapan kecil antara penguin beserta sahabatnya―ikan maskoki―dengan beberapa hewan yang ia jumpai selama dalam pengembaraan. Walaupun karakter utamanya adalah hewan, buku ini tidak bisa disebut fabel ya, sebab percakapan kecil yang dimaksud adalah percakapan yang mewakili kita―para manusia―dalam mengembara atau mengarungi samudera kehidupan.
Jadi, ya bukan percakapan kecil sih namanya, melainkan percakapan singkat tapi penuh makna.
Sepertinya, ini menjadi buku favoritku di antara buku-buku self-help Korea yang kumiliki, selain karena isinya yang singkat dan relate, buku ini full ilustrasi berwarna 😍
(tab for HD resolution) |
[Blurb]
Buku ini mengingatkan kita bahwa gagal dan berbuat salah bukanlah suatu perkara besar, karena pada dasarnya manusia itu hidup. Daripada menghukum diri sendiri, sebaiknya justru kita merangkul diri sendiri.
Kita didorong menjadi baik terhadap diri sendiri dan merefleksikan bagaimana sebaiknya kita memperlakukan kehidupan.
Semua dipaparkan dalam kisah anekdot antarhewan. Kita akan menemukan inspirasi dan semangat dari kisah mereka yang begitu hangat dan ceria.
Kalau di antara kamu ada yang membatin, halah Korean self-help isinya paling begitu-begitu saja.
Memang benar. Buku-buku self-help itu sejatinya tidak serta-merta memperbaiki keadaan dan menyembuhkan luka.
Tapi, bagiku yang hidupnya begini-begini saja, buku ini cukup berdampak. Aku merasa punya teman. Di luaran sana, ada yang hidup tak tentu arah seperti diriku, ada juga yang seperti ini dan seperti itu.
Buku-buku self-help di Korea diterbitkan bukan tanpa alasan. Kalau kamu penggemar drama Korea, pasti kamu paham. 👌😆
(cuplikan drama Korea: My Liberation Notes) |
Sebenarnya, aku tidak ingin mereview buku ini, aku hanya ingin menuliskan kembali beberapa anekdot antarhewan yang paling kusukai. Check it out!
[Hlm. 54]
🐟: Kamu nggak takut ketinggalan jauh kalau melihat hewan-hewan yang lagi melaju kencang?
🙈: karena mereka berlari sangat kencang, bukan berarti aku ketinggalan kan?
🙈: Aku cuma bergerak sesuai dengan kecepatanku saja.
Setuju banget nggak sih?
Tenang aja, hidup itu bukan untuk balapan kok, apalagi untuk pamer pencapaian. upss
Hakikatnya, semua sudah memiliki jatahnya masing-masing, bukan sekarang, tapi nanti. Semua sudah diletakkan sesuai waktu dan tempatnya. 👌
Ini juga dijelaskan dalam Al Qur'an lho, yaitu QS. Al-Anbiyaa: 33 🌼
وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."
[Hlm. 63]
🐧: sepertinya kamu kelelahan, ya?
🐼: Aku nggak apa-apa, kok.
🐟: beneran?
🐼: setiap hari aku bangun disertai rasa cemas
🐼: bibirku ini juga sudah lupa gimana caranya tersenyum
🐼: Aku juga kesepian. Aku nggak apa-apa
🐧: apanya yang nggak apa-apa?
🐼: Kupikir aku memang harus selalu "nggak apa-apa"
Kita pasti pernah merasakan ini.
Waktu yang terus berjalan 🕕, bahkan lebih cepat. Saat itu, kita harus tetap fokus kepada aktivitas sehari-hari. Terkadang bahkan terpaksa memakai topeng dan memberikan senyuman manis kepada yang kita temui.
Rasanya sangat jenuh dan ingin melarikan diri. Tapi, demi kehidupan yang lebih baik (atau mungkin tidak), kita tetap meneriakkan, Aku nggak papa, aku baik-baik saja. Padahal batin sudah meraung-raung. Tenang, ingat selalu ini ayat ini ya. (QS. At Taubah: 40) 🌼
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."
[Hlm. 98]
🐧: menghibur orang itu ternyata susah, ya?
🐧: Aku bahkan nggak tahu harus bilang apa
🐧: Aku juga nggak bisa melarangnya jangan menangis
🐧: kalau aku bilang "Aku ngerti kok masalahmu", pasti kelihatan banget kalau aku lagi berbohong sama dia
🐧: tapi kalau aku bilang "semua akan baik-baik saja", akupun nggak bisa beri jaminan apa-apa sama dia
Yup! Akupun begitu. Aku pernah di posisi yang butuh tempat cerita sekaligus menjadi tempat cerita seseorang.
Saat aku menjadi tempat cerita seseorang, akupun bingung aku harus bagaimana menanggapi permasalahan orang itu. Sekadar kata-kata motivasi sesungguhnya tidak akan pernah mengobati. Tapi, setelah aku memposisikan diri menjadi si 'butuh tempat cerita', akupun paham, aku tidak butuh kalimat penyemangat, tapi aku hanya ingin didengarkan. Aku hanya ingin meluapkan keluh kesah yang sudah menumpuk di hatiku.
Semoga kamu yang pernah bercerita kepadaku tidak marah ya jika aku hanya menanggapi dengan kata-kata singkat yang nir-faedah itu 🤝. Sesungguhnya aku tidak tahu apa ekspektasimu ketika kamu memutuskan bercerita kepadaku.
Yang terpenting, tetaplah berpedoman pada ayat dari QS. Ali Imran: 139 🌼
وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ"Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman."
Hlm. 163
🐧: Aku memang aneh, tetapi bukan berarti aku rusak
🕊: siapa yang bilang kamu rusak?
🐧: hanya karena aku nggak sejalan dengan pikiranmu.. kenapa kamu anggap aku seperti barang yang rusak?
🐧: bukannya justru kamu yang rusak karena menganggap hal yang berbeda itu salah?
Dimanapun kita berada, menghargai orang lain adalah sebuah kewajiban.
Suatu hari, aku pernah mendapatkan pelajaran berharga tentang menghargai orang lain ini, tapi belum ingin kuceritakan di sini. Intinya, memang tidak semua hal itu berpusat pada dirimu. Jangan lantas kamu memaksa orang lain untuk sependapat denganmu. Bisa jadi pendapat merekalah yang benar, tapi belum tentu juga pendapatmu itu salah. So, memiliki pendirian teguh juga adalah sebuah keharusan.
Ingat ayat ini ya, QS. An Nisa: 86 🌼
وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا"Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesunguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Itu dia sepenggalan isi buku yang bisa kusangkut-pautkan dengan ayat Al Qur'an, lumayan ya jadi bahan pembelajaran, review kali ini memang agak beda hihi.
Sebagai penutup, aku mau kasih kamu semangat juang nih, khususon bagi yang sedang menghadapi quarter life crisis (yaitu aku sendiri). Ini juga kuambil dari buku, sih. So, here we go.
Hlm. 120
🐧: kenapa bapak main gitar sendirian di sini?
🦥: karena nggak semua orang suka sama alunan gitarku ini
🐧: kenapa?
🦥: soalnya aku ini pelupa
🐟: lupa apa?
🦥: lupa usia. Padahal aku ini sudah tua
🦥: saat aku masih sekolah dulu, seharusnya aku bisa dapat nilai yang lebih baik
🦥: lalu, jadi karyawan perusahaan yang mapan di akhir umur 20-an
🦥: dan, paling nggak punya mobil bagus di umur 30-an
🦥: tapi! aku nggak bisa mengejar itu semuanya
🐟: memang ada yang suruh bapak untuk kejar itu semua?
🦥: nggak ada sih.. tapi, banyak pihak yang akhirnya memandangku nggak enak
🦥: mereka bilang aku nggak boleh hidup seperti ini
🦥: ada juga yang bilang aku gagal total
🦥: tapi.. tapi..
🦥: aku tahu apa yang ingin aku kerjakan
🦥: dan aku tau kapan harus main gitar ini
🦥: Kurasa itu lebih penting.
See?
Tidak ada yang lebih mengenal dirimu sendiri selain kamu.
Sesuai judul buku. Santai aja, namanya juga hidup.
Kalau aku sih berprinsip let it flow, sebab aku tidak terlalu berambisi terhadap kenikmatan dunia. Maksudku, jika sudah merasa cukup, kenapa masih perlu mengejar ini itu?
Padahal kebahagiaan itu nggak perlu dicari jauh-jauh.
Ada banyak kebahagiaan kecil yang bisa kita cari. Contohnya mandi pakai air hangat, menghangatkan tubuh pakai selimut yang empuk, atau minum kopi sambil menikmati angin musim gugur.
Selamat menikmati hidup. Salam hangat dariku.
🌱🍃🌿🌷🌲🌱☘🌻⛺🏞✈🌳