Tampilkan postingan dengan label University. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label University. Tampilkan semua postingan
(Sumber: twitter.com/rykarlsen)



Part #2



. . . .

Bagaimana dengan kelanjutan rencana studi akhirku?

Tentu saja kacau balau. Dan aku sama sekali tidak membuat plan B.

Di tengah huru-hara itu, aku berusaha tetap stay cool, kalem, santai dan mendalami apa yang terjadi. Supaya aku bisa menyusun ulang dari awal, semuanya.

Alhamdulillaah sekali lagi, aku mendapatkan tempat. Walaupun harus apply kesana kemari terlebih dahulu. Setidaknya aku bisa bernapas lega untuk satu hal.


Masuk ke 2021.

Perjalanan panjangku (tidak sepanjang itu juga sih sebenarnya, pokoknya gitu deh) dimulai akhir tahun 2020. Awalnya aku mengira ini akan berjalan sesuai rencana, lancar tanpa hambatan. Ett, tidak seperti itu, Esmeralda! Ini bukan jalan tol ! Hambatan dan rintangan tentu saja ada! *Enak aja mau mulus dan lancar jalan kau
Fiuhh


Ya, ya, ada saja semua hambatan dan rintangan yang sungguh menyesakkan hati itu. Mulai dari diri sendiri sampai persoalan risetku. Jujur saja, di tempat itu aku seperti merasakan ospek kehidupan yang sesungguhnya. Kalau kata anak zaman sekarang, sampai kena mental. 
Ini serius. Aku mau bilang sesuatu tapi agak malu. Nggak perlu dikatakan kalau begitu, hehe.

Tau nggak apa yang membantuku untuk perlahan-lahan bangkit menjalani kehidupan waktu itu?
Gambar ini . . . (aku dapat dari akun line seseorang, comment for credit ya)







Percaya atau tidak, tapi itu serius ampuh bagiku. Sepele, ya.

Dan begitulah aku membangun semangatku hari demi hari. Terkadang diselingi membaca novel, menonton drama, mendengarkan musik, berselancar di sosial media, haha. 


Tapi . . .

Dibalik itu semua, memang benar ada pelajaran yang bisa kuambil, ada value berharga dari pengalamanku selama berproses disana yang belum tentu bisa kudapatkan selama aku kuliah 3 tahun. 

Sejujur-jujurnya, aku benar merasakan damagenya (kalau kata anak sekarang). Dan setelah mengetahui semua itu, aku langsung merasa menjadi makhluk paling beruntung sejagad. Aku langsung bersyukur atas semua yang terjadi pada pertengahan-akhir 2020 yang berhasil membawaku ke tempat itu. Aku langsung berasumsi bahwa ini adalah takdirku untuk belajar dan berproses bersama orang-orang di sana, bahwa memang Allah SWT adalah sebaik-baik pembuat rencana.



(Sumber: twitter.com/rykarlsen)


Aku yang sebatang kara hidup di perantauan nan jauh itu merasa memiliki keluarga baru, yang peduli akan keberadaanku, menanyakan apakah aku baik-baik saja, peduli persoalan makan, kesehatan dan bahkan tempat tinggal.

Kepada segenap keluarga baruku di sana, sebuah kota di Jawa Timur. 

Maaf, aku tahu aku pasti banyak merepotkan.
Maaf karena belum bisa membalas apapun.
Aku amat sangat berterima kasih sedalam-dalamnya, atas kepeduliannya padaku yang hampir 1 tahun bersama.
Terima kasih jika suatu saat ada yang membaca ini.


. . . .


Begitulah ceritaku, walaupun samar-samar kuceritakan, semoga ini tetap memorable, khususnya untukku sendiri.




Now, I'm officially S.P.
Alhamdulillaah.
Tentu saja terima kasih yang setinggi-tingginya kepada orangtua dan keluarga yang memberikan dukungan penuh padaku, yang memberikan kebebasan apapun padaku, yang mencurahkan segenap waktu, tenaga dan finansialnya padaku. Terima kasih.

Terima kasih untuk kedua pembimbing skripsiku. Tanpa beliau, aku tidak mungkin bisa mencapai ini.

Terima kasih untuk teman seperjuanganku, iya kamu. Dukunganmu sangat berarti untukku. Semangat. See you on top, ya!


Last but not least, i wanna thank me. I wanna thank me for believing in me, i wanna thank me for doing all this hardwork, i wanna thank me for having no days off, i wanna thank me for never quitting. 




THANKYOU, 2021. HAPPY NEW YEAR 2022. YEAY!





A music recommendation from me to you:






Part #1



Hi, Assalamu'alaykum.

I am back! Been here again after 3 months.

How's your day, guys? It is New Year Eve now. So happy, right?


I'm excited with something new, coming in the future, especially on 2022. Not 'that' very special, but this is must waited year because i am officially B.A or S.P. now. Ya! I have graduated from my university this month, this 2021, with a very long journey. =D


If you don't mind, i wanna tell you my story here. This is not such an inspirational story or what, but i just want to keep it here so it'll be memorable and unforgottable, hihi.  



(Sumber: twitter.com/sisthaaaaa)


First of all, Alhamdulillah, resolusi utamaku untuk tahun 2021 tercapai. Aku lulus dengan predikat Cumlaude dari Universitas tempatku belajar selama 4 tahun 3 bulan.


Tentu saja ini tidak mudah, banyak hal yang sudah kulewati, baik itu sesuatu yang menyenangkan atau menyesakkan. Selama itu, aku belajar hal baru. I'm trying to challange myself. Aku mencoba untuk keluar dari my comfort zone. Tidak bermaksud untuk mengagungkan hal ini, tapi aku adalah seorang introvert parah. Tidak ada yang tahu seberapa keras usahaku memaksa diri sendiri agar lebih berani melakukan hal-hal yang itu bukan aku banget, like  forced myself to be more talkative, forced myself to be more easygoing person, but literally this isn't easy to me.


Yeah, this is me now, just a little bit differences, with me on my past



Sebenarnya ada satu hal pemicu mengapa aku sulit berkembang dan sangat susah keluar dari sifat asliku, but i'm sorry, i can't tell you here.

Hanya saja, aku berasumsi memang itu penyebabnya. Aku juga merasa itu semua dapat diselesaikan dengan bantuan seorang ahli, sebut saja psikiater atau psikolog. Aku memang terkadang berpikir untuk mengunjungi orang-orang itu, bercerita dan mendapatkan solusi.



Tapi, aku 'kan hanya anak kecil yang belum mencicipi asam garam kehidupan yang sebenarnya, kalau aku pergi ke tempat seperti itu, apa kata keluargaku? Toh, finansialku juga tidak mendukung, truely so sad.


Jadi, begitulah aku sampai sekarang. Sampai aku lulus bangku Universitas, aku hanyalah aku yang dulu dengan sedikit perubahan. Memang aku ini bukan agent of change.  Walaupun begitu, satu hal yang bisa kubanggakan dan kusyukuri adalah aku berhasil lulus perguruan tinggi dengan predikat cumlaude tanpa membebani orangtua dengan setumpuk biaya perkuliahan yang nilainya di luar nalar bagi keluarga kami. Alhamdulillaah 'ala Kulli Hal.



(Sumber: twitter.com | comment for credit)



P.s. : Gambar di atas adalah gambaran aku bolak-balik rantau dan kesana kemari, termasuk selama mengurus tugas akhir, ya kan. Nggak perlu diapresiasi atau apa, aku hanya suka gambarnya, siapapun yang membuat, kabari aku untuk pencantuman Credit.


 


Sebuah cerita, 2 tahun bersama coronces.


Awal tahun 2020 adalah sebuah permulaan tahun terakhirku di Universitas. Aku sudah memikirkan banyak hal untuk mempersiapkan tugas akhir atau skripsi. Sebelum itu, aku baru saja menyelesaikan magangku di sebuah tempat yang namanya sudah besar di daerah Jabodetabek. Tentu saja aku sengaja memilih tempat yang jauh dari realita kehidupanku karena aku ingin mencicipi sedikit rasa kehidupan orang-orang di luar sana alias aku anaknya suka kesana kemari kalau urusan perakademik-an.



And then, setelah merampungkan magang, yaitu Februari 2020, meruaklah kabar virus meresahkan ke penjuru negeri. Awalnya aku senang, karena dengan begitu perkuliahan akan diadakan secara daring untuk sementara waktu. Tapi, tidak semudah itu, Shayy.

Virus kurang ajar ini ternyata berhasil memporakporandakan rencana studi akhirku. Sampai pertengahan tahun, aku dibuat hampir gila dan amat sangat tertekan, if you know you know ya. Aku bahkan sampai impulsif buying demi meredakan itu semua. 


Apa yang kubeli? Tentu saja buku. Aku mencari semua buku terjemahan Korea yang almost of them literally about self-improvement. Dari situlah akhirnya aku menciptakan blog ini. Blog yang masih ala kadarnya ini diharapkan bisa menampung segala curhatan, keluh kesah, sambatan, impian terpendam, aspirasi, pendapat, apapun itu terkait diriku. Beuh~



Tahun pertama kemunculan virus yang bentuknya kaya matahari itu benar-benar sulit buatku. Ya, akupun tahu, aku paham, pasti sulit juga untuk semua orang. Tapi, tidak ada salahnya 'kan untuk mengungkapkan hal itu? 


Lantas, bagaimana dengan kelanjutan rencana studi akhir yang diporakpondakan tadi?




Next to Part #2

[2021 Wrap Up #2 | A Little Journey | Pixie Dust (emilyfluous.blogspot.com)]


**Intermezzo

Rekomendasi lagu 2021 dariku:











 

(Sumber: stocksnap.io)


H a l o  ~  ! !
Aku ingin berbagi secuil pengalamanku terkait universitas dan masa depan. Jika Kau adalah seorang siswa kelas 12 SMA yang saat ini frustasi berat memikirkan nasib pendidikanmu yang selanjutnya, ku rasa pilihan yang tepat jika Kau memutuskan untuk membaca celotehanku ini dulu.

Saat menuliskan ini, aku adalah seorang Mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan sarjana tingkat semester 6 di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia yang namanya belum terlalu populer layaknya Big 3 :D
Sebelumnya, aku ingin bertanya dulu, apa Kau pernah mendengar kalimat ini?
“Untuk mendapatkan sesuatu, Kau juga harus kehilangan sesuatu.”
Ya, kalimat itu yang akan menghiasi ceritaku nanti. Paham, ‘kan?
Di dunia ini, Kau harus mengorbankan sesuatu untuk sesuatu yang Kau inginkan. Dan aku tidak melakukan itu. Aku tidak mengorbankan apapun untuk yang aku inginkan. Aku tidak pernah mengorbankan apapun demi masa depanku. Semua itu dimulai ketika aku lulus dari jenjang SMA dan akan mendaftarkan diri ke universitas. Dan beginilah aku sekarang. Mahasiswa yang tidak tahu apapun tentang masa depannya. Bahkan sekadar untuk rencana/mindmap saja aku tidak punya. Selama ini, aku memang hanya mengikuti arus seperti orang bodoh. Aku belum merencanakan apapun terkait kehidupanku pascasarjana. Padahal, itu semua sudah di depan mata. Tahun depan jadwalku untuk wisuda kelulusan. Setelah itu?ー

Kau yang saat ini akan mendaftar ke universitas, sebaiknya pikirkan matang-matang rencana kedepanmu. Pikirkan apakah memang itu yang Kau inginkan. Sesungguhnya, memang benar, melakukan sesuatu yang tidak Kau sukai hanya akan merepotkan hidupmu. Sia-sia saja Kau melakukannya karena terpaksa. Maka dari itu, kuingatkan dari sekarang, pilihlah sesuatu karena memang Kau suka, bukan karena tekanan atau paksaan.

Kau benar. Aku berada di sini, sekarang ini, bukan karena aku suka. Aku tidak mengharapkan apapun dari pendidikanku di universitas ini. Rasa-rasanya aku ingin mengulang semuanya dari awal. Benar-benar atas keinginanku sendiri. Aku belum merasa puas hingga mampu membuatku berpikir, ya memang ini pilihan yang tepat untukku.
Aku belum di titik itu. Kubilang, aku hanya mengikuti arus yang mengalir saja sampai detik ini.
Tapi, memang ini salahku juga. Sekali lagi, aku tidak mengorbankan apapun untuk yang kuinginkan.

Tahun ketika aku lulus SMA, aku sudah mendaftarkan diri untuk masuk ke jurusan P di salah satu universitas Big 3. Namun, failed. Padahal itu adalah satu-satunya jurusan yang kuinginkan entah sejak kapan dan aku tidak tahu lagi harus masuk ke jurusan apa selain itu.
Aku juga mendaftarkan diri di universitas milik instansi pemerintah, dan failed. Padahal keinginanku masuk ke sana adalah semata-mata karena ingin mengubah hidupku yang begini-begini saja.
Next, ujian selanjutnya, aku akhirnya lolos di jurusan A di salah satu PTN di Indonesia. Senang? Tentu saja, setidaknya aku bisa masuk universitas, pikirku saat itu.
Tunggu. Jangan Kau pikir jurusan A adalah jurusan pilihanku. Tidak. Sama sekali tidak terpikir olehku untuk masuk ke jurusan itu. Aku hanya menuruti kata-kata orangtua yang saat itu melihatku sangat putus asa untuk melanjutkan studi ke universitas.
Bodohnya aku, di tahun berikutnya aku tidak kembali mencoba untuk mengikuti ujian masuk jurusan P di U-Big 3 tadi. Hal itu masih kusesali sampai detik ini. Aku benar-benar menyalahkan situasi saat itu. Bisa-bisanya aku menyerah begitu saja? Bisa-bisanya usahaku hanya sampai segitu saja? Bisa-bisanya aku tidak mengejar apa yang kuinginkan dan memilih mengikuti arus yang sudah berjalan? Serius, memikirkan ini lagi, hanya membuat penyesalanku bertambah besar. Aku tak habis pikir terhadap diriku sendiri. Di saat orang-orang sibuk menggapai mimpi mereka tak peduli seberat apapun itu, aku malah memilih melanjutkan berjalan padahal itu bukan arah jalanku.

Aku berpikir seperti ini,
Kalau saja dulu aku berada di jurusan P, tentu saja aku tidak sebosan ini dengan kehidupan universitas. Tentu saja aku akan serius dalam belajar. Tentu saja aku punya sederet rencana untuk masa depan. Tentu saja aku puas dan bahagia dengan jalan yang kupilih sendiri. Kalau saja... .

Bahkan, aku masih sangat iri kalau melihat teman-temanku di SMA yang bahkan rela mengikuti ujian berkali-kali demi masuk jurusan di universitas pilihannya. Hasilnya? Mereka menikmati, aku tidak.
 
(Sumber: twitter)

Jadi, bagaimana ya mengatakannya?
Kalau sudah suka, apapun pasti akan dilakukan.
Sampai sekarang aku selalu berpacu pada kalimat itu. Walaupun sekarang aku tidak tahu harus berbuat apa untuk masa depanku, setidaknya, untuk sekarang ini, aku akan melakukan hal-hal yang membuatku bahagia. Aku melakukannya karena aku suka, bukan karena tekanan apa-apa.

Ya, memang untuk mendapatkan sesuatu, Kau harus kehilangan sesuatu. Mulai sekarang, perjuangkanlah apa yang Kau cita-citakan, apa yang Kau mau. Jangan pernah berkorban jika memang tidak seharusnya untuk berkorban. Perjuangkan sampai mati kalau bisa. Hidupmu adalah Kau yang berhak mengatur. Kau berhak atas kebahagiaan dirimu. Kau tidak seharusnya mengikuti arus. Kau boleh membelokkan arus yang tidak sesuai arahmu.
Sekali lagi, demi masa depanmu, agar Kau tidak terjebak seperti diriku.

Penting sekali untuk terus mencari hal-hal dan cara lainnya yang bisa membuat Anda merasa nyaman dan bahagia. ーBaek Sehee (dari buku I Want To Die But I Want To Eat Tteokpokki)