Let's Read and Spread More Loves

Santai Aja, Namanya Juga Hidup!

처음 살아보니까 그럴 수 있어 

As You Live for The First Time

Oleh Yozuck

Penerbit TransMedia Pustaka

Cetakan ke-1, Tahun 2019

312 hlm; 13x19 cm

ISBN (13) 978-623-7100-20-1

Rp110.000,-

Rate: 9/10 🌟


(tab for HD resolution)


Buku apa yang kamu baca berapa kalipun tidak akan bosan? Jawabanku adalah buku ini.


Sebab, buku karya―Penulis sekaligus Ilustrator―Yozuck ini isinya hanya percakapan kecil antara penguin beserta sahabatnya―ikan maskoki―dengan beberapa hewan yang ia jumpai selama dalam pengembaraan. Walaupun karakter utamanya adalah hewan, buku ini tidak bisa disebut fabel ya, sebab percakapan kecil yang dimaksud adalah percakapan yang mewakili kita―para manusia―dalam mengembara atau mengarungi samudera kehidupan.

Jadi, ya bukan percakapan kecil sih namanya, melainkan percakapan singkat tapi penuh makna.


Sepertinya, ini menjadi buku favoritku di antara buku-buku self-help Korea yang kumiliki, selain karena isinya yang singkat dan relate, buku ini full ilustrasi berwarna 😍


(tab for HD resolution)


[Blurb]

Buku ini mengingatkan kita bahwa gagal dan berbuat salah bukanlah suatu perkara besar, karena pada dasarnya manusia itu hidup. Daripada menghukum diri sendiri, sebaiknya justru kita merangkul diri sendiri.

Kita didorong menjadi baik terhadap diri sendiri dan merefleksikan bagaimana sebaiknya kita memperlakukan kehidupan.

Semua dipaparkan dalam kisah anekdot antarhewan. Kita akan menemukan inspirasi dan semangat dari kisah mereka yang begitu hangat dan ceria.



Kalau di antara kamu ada yang membatin, halah Korean self-help isinya paling begitu-begitu saja.


Memang benar. Buku-buku self-help itu sejatinya tidak serta-merta memperbaiki keadaan dan menyembuhkan luka.

Tapi, bagiku yang hidupnya begini-begini saja, buku ini cukup berdampak. Aku merasa punya teman. Di luaran sana, ada yang hidup tak tentu arah seperti diriku, ada juga yang seperti ini dan seperti itu.

Buku-buku self-help di Korea diterbitkan bukan tanpa alasan. Kalau kamu penggemar drama Korea, pasti kamu paham. 👌😆


(cuplikan drama Korea: My Liberation Notes)


Sebenarnya, aku tidak ingin mereview buku ini, aku hanya ingin menuliskan kembali beberapa anekdot antarhewan yang paling kusukai. Check it out!



[Hlm. 54]

🐟: Kamu nggak takut ketinggalan jauh kalau melihat hewan-hewan yang lagi melaju kencang?

🙈: karena mereka berlari sangat kencang, bukan berarti aku ketinggalan kan?

🙈: Aku cuma bergerak sesuai dengan kecepatanku saja.


Setuju banget nggak sih? 

Tenang aja, hidup itu bukan untuk balapan kok, apalagi untuk pamer pencapaian. upss

Hakikatnya, semua sudah memiliki jatahnya masing-masing, bukan sekarang, tapi nanti. Semua sudah diletakkan sesuai waktu dan tempatnya. 👌

Ini juga dijelaskan dalam Al Qur'an lho, yaitu QS. Al-Anbiyaa: 33 🌼

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۖ كُلٌّ فِي فَلَكٍ يَسْبَحُونَ

"Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."

[Hlm. 63]

🐧: sepertinya kamu kelelahan, ya?

🐼: Aku nggak apa-apa, kok.

🐟: beneran?

🐼: setiap hari aku bangun disertai rasa cemas

🐼: bibirku ini juga sudah lupa gimana caranya tersenyum

🐼: Aku juga kesepian. Aku nggak apa-apa

🐧: apanya yang nggak apa-apa?

🐼: Kupikir aku memang harus selalu "nggak apa-apa"


Kita pasti pernah merasakan ini.


Waktu yang terus berjalan 🕕, bahkan lebih cepat. Saat itu, kita harus tetap fokus kepada aktivitas sehari-hari. Terkadang bahkan terpaksa memakai topeng dan memberikan senyuman manis kepada yang kita temui.

Rasanya sangat jenuh dan ingin melarikan diri. Tapi, demi kehidupan yang lebih baik (atau mungkin tidak), kita tetap meneriakkan, Aku nggak papa, aku baik-baik saja. Padahal batin sudah meraung-raung. Tenang, ingat selalu ini ayat ini ya. (QS. At Taubah: 40) 🌼

لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا 

"Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita."



[Hlm. 98]

🐧: menghibur orang itu ternyata susah, ya?

🐧: Aku bahkan nggak tahu harus bilang apa

🐧: Aku juga nggak bisa melarangnya jangan menangis

🐧: kalau aku bilang "Aku ngerti kok masalahmu", pasti kelihatan banget kalau aku lagi berbohong sama dia

🐧: tapi kalau aku bilang "semua akan baik-baik saja", akupun nggak bisa beri jaminan apa-apa sama dia


Yup! Akupun begitu. Aku pernah di posisi yang butuh tempat cerita sekaligus menjadi tempat cerita seseorang. 


Saat aku menjadi tempat cerita seseorang, akupun bingung aku harus bagaimana menanggapi permasalahan orang itu. Sekadar kata-kata motivasi sesungguhnya tidak akan pernah mengobati. Tapi, setelah aku memposisikan diri menjadi si 'butuh tempat cerita', akupun paham, aku tidak butuh kalimat penyemangat, tapi aku hanya ingin didengarkan. Aku hanya ingin meluapkan keluh kesah yang sudah menumpuk di hatiku.


Semoga kamu yang pernah bercerita kepadaku tidak marah ya jika aku hanya menanggapi dengan kata-kata singkat yang nir-faedah itu 🤝. Sesungguhnya aku tidak tahu apa ekspektasimu ketika kamu memutuskan bercerita kepadaku. 

Yang terpenting, tetaplah berpedoman pada ayat dari QS. Ali Imran: 139 🌼

وَلَا تَهِنُوۡا وَ لَا تَحۡزَنُوۡا وَاَنۡتُمُ الۡاَعۡلَوۡنَ اِنۡ كُنۡتُمۡ مُّؤۡمِنِيۡنَ

"Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya jika kamu beriman."


Hlm. 163

🐧: Aku memang aneh, tetapi bukan berarti aku rusak

🕊: siapa yang bilang kamu rusak?

🐧: hanya karena aku nggak sejalan dengan pikiranmu.. kenapa kamu anggap aku seperti barang yang rusak?

🐧: bukannya justru kamu yang rusak karena menganggap hal yang berbeda itu salah?


Dimanapun kita berada, menghargai orang lain adalah sebuah kewajiban.

Suatu hari, aku pernah mendapatkan pelajaran berharga tentang menghargai orang lain ini, tapi belum ingin kuceritakan di sini. Intinya, memang tidak semua hal itu berpusat pada dirimu. Jangan lantas kamu memaksa orang lain untuk sependapat denganmu. Bisa jadi pendapat merekalah yang benar, tapi belum tentu juga pendapatmu itu salah. So, memiliki pendirian teguh juga adalah sebuah keharusan.

Ingat ayat ini ya, QS. An Nisa: 86 🌼

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيبًا
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesunguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu."


🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹



Itu dia sepenggalan isi buku yang bisa kusangkut-pautkan dengan ayat Al Qur'an, lumayan ya jadi bahan pembelajaran, review kali ini memang agak beda hihi.



Sebagai penutup, aku mau kasih kamu semangat juang nih, khususon bagi yang sedang menghadapi quarter life crisis (yaitu aku sendiri). Ini juga kuambil dari buku, sih. So, here we go.


Hlm. 120

🐧: kenapa bapak main gitar sendirian di sini?

🦥: karena nggak semua orang suka sama alunan gitarku ini

🐧: kenapa?

🦥: soalnya aku ini pelupa

🐟: lupa apa? 

🦥: lupa usia. Padahal aku ini sudah tua

🦥: saat aku masih sekolah dulu, seharusnya aku bisa dapat nilai yang lebih baik

🦥: lalu, jadi karyawan perusahaan yang mapan di akhir umur 20-an

🦥: dan, paling nggak punya mobil bagus di umur 30-an

🦥: tapi! aku nggak bisa mengejar itu semuanya

🐟: memang ada yang suruh bapak untuk kejar itu semua?

🦥: nggak ada sih.. tapi, banyak pihak yang akhirnya memandangku nggak enak

🦥: mereka bilang aku nggak boleh hidup seperti ini

🦥: ada juga yang bilang aku gagal total

🦥: tapi.. tapi..

🦥: aku tahu apa yang ingin aku kerjakan

🦥: dan aku tau kapan harus main gitar ini

🦥: Kurasa itu lebih penting.



See? 

Tidak ada yang lebih mengenal dirimu sendiri selain kamu. 

Sesuai judul buku. Santai aja, namanya juga hidup. 


Kalau aku sih berprinsip let it flow, sebab aku tidak terlalu berambisi terhadap kenikmatan dunia. Maksudku, jika sudah merasa cukup, kenapa masih perlu mengejar ini itu?

Padahal kebahagiaan itu nggak perlu dicari jauh-jauh. 

Ada banyak kebahagiaan kecil yang bisa kita cari. Contohnya mandi pakai air hangat, menghangatkan tubuh pakai selimut yang empuk, atau minum kopi sambil menikmati angin musim gugur.




Selamat menikmati hidup. Salam hangat dariku.

🌱🍃🌿🌷🌲🌱☘🌻⛺🏞✈🌳






Mantappu Jiwa (Buku Latihan Soal)

Oleh Jerome Polin Sijabat

Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama (e-book)

Tahun 2019

224 hlm.; 20 cm

ISBN DIGITAL: 9786020632421


(Photo by me)



Dalam mencapai sesuatu memang harus ada yang dikorbankan, termasuk hal yang terlihat baik sekalipun. Kita harus berani mengorbankan yang baik demi meraih yang terbaik. (hlm. 100)


Quote di atas sudah pernah kujadikan bahan cerita lho karena memang aku sependapat. Kalau kamu berkenan membaca, silakan kunjungi blogku yang ini 🠞 Untuk Mendapatkan Sesuatu Kau Juga Harus Kehilangan Sesuatu (sangat kuapresiasi jika kamu meninggalkan komentar juga). Sejujurnya, aku mendapatkan kutipan tersebut dari drama Korea "Pinocchio", hihi.


Hai!

Aku kembali dengan membawa cerita baru yang kuambil dari buku pertamanya Jerome Polin. Walaupun judul tulisan ini adalah Book Review, tapi nggak papa ya kalau aku sambil curhat? (Yang kulakukan selama ini juga begitu sih, curhat berkedok review. Maafkan, karena my blog my diary).



Di Indonesia ini, nggak mungkin rasanya kalau tidak mengenal Jerome, betul?

Aku sendiri termasuk "baru" mengenal Jerome, dalam artian tidak mengikuti perjalanannya dari nol. Nah, kalau kamu sama halnya denganku (apalagi kalau kamu penggemar Jerome), kamu bisa baca buku ini, karena di sini disuguhkan cerita kehidupan seorang Jerome Polin. Sebenarnya aku bukan tipe yang suka membaca cerita sukses orang lain, karena pasti isinya dibuat sedramatis mungkin sehingga banyak orang bersimpati atas kisahnya dan seterusnya dan seterusnya.

Kalau begitu, berarti aku iri dong?


Memang, katakan saja aku iri dengan setiap kesuksesan orang lain. Apalagi dengan bumbu peluh keringat, tetes air mata dan background kemiskinan di dalamnya.

Klise sekali, iyakan? Rasanya seperti tidak mungkin.

Banyak perdebatan tentang yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya. Dan yang sukses sudah tentu memiliki privilege. Awalnya, aku sepenuhnya setuju dengan hal itu. Mereka yang sukses itu pasti membawa sesuatu yang bisa meringankan langkah mereka kepada kesuksesan. Tidak mungkin orang miskin tiba-tiba sukses bergelimang harta. Bukankah benar jika dipikir dengan logika?


Sampai sekarangpun aku masih memiliki pemikiran seperti itu. Kenyataannya memang demikian, kita hidup pada masa di mana kapitalisme menjarah akal pikiran dan hati nurani kemanusiaan. Semuanya serba uang. Uang, uang, uang. 

Materi dan ketenaran adalah number wahid periode ini. Coba bilang padaku, apakah kamu salah satu yang menganggap bahwa uang dan popularitas adalah indikasi kesuksesan?





🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹


Oke, yang di atas adalah preambule. Mari kita bahas tulisan Jerome. 


Aku pernah membaca review seseorang yang mengatakan bahwa buku ini lebih bercerita kepada proses daripada hasil. Setelah kucermati, memang benar. Jerome membeberkan kisahnya bahkan dari bayi sampai namanya sebesar sekarang.


Kalau kamu penasaran kenapa diberi judul "Buku Latihan Soal", itu karena betul ada soal MATEMATIKAnya, guys. Bayangkan!! Jerome mengubah soal-soal itu menjadi solusi pemecahan masalah hidup. Masalah hidup aja penyelesaiannya pakai rumus Matematika. WOW! Sangat berdedikasi dan visionable, yorobun!!

Apa nggak pulang aja sekalian Jer? Aku baru melihat variabel x y saja sudah mual, apalagi ditambah rumus integral limit tak hingga. Kayaknya cintaku padamu sih yang tak hingga. Oke, baiqlah. Ini garing. Skip!


(Photo by me | Caption: Please, Jer! ini receh)


Sejujurnya, aku bingung mau menuliskan apa di sini, karena saking banyaknya cerita Jerome yang bikin aku Salute!! 

Yang kalau kuceritakan, akan sangat panjang dan meluas kemana-mana. Gitu ya kalau seseorang memiliki darah juang, kisahnya inspirational bin menggugah jiwa. Apalah aku ini? EH tapi YA ALLAH, semoga kesuksesan menantiku di depan sana, begitupun kamu. AAMIIN.


Di buku ini tuh ada beberapa quotes yang gimana ya bilangnya... gini, 

sebelum baca buku ini, aku juga udah merasakan kebenaran quotes itu, gitu lho, paham? 🙆

Ya ituu, kaya quote yang kububuhkan paling atas.

Jadi, be lyke, Oh! Jerome juga merasakan ini, itu, oh kita sama. Bedanya, dia punya semangat juang membara, sementara semangatku sudah terbang bersama angin. 😭😢

Sebenarnya semangatku juga tinggi kok, cuma ngga ada support system aja. (ini beneran curhat ✌)


Salah satunya, quotes yang ini, aku sepenuhnya setuju.

Memulai memang yang paling susah. Tetapi, sekali sudah mulai, rasanya semangat banget buat melanjutkan. Baru setelah itu, menjalankan dengan konsisten juga tidak kalah susah.

(hal. 177)


Contohnya ketika mengerjakan skripsi, melanjutkan cerpen yang sudah lama tidak disentuh, termasuk menulis blog ini. Indeed. Membangun niat memang berat ya? Tapi, istiqomah lebih berat lagi.




 Intermezzo sebentar karena ada sebuah funfact:

Aku selesai baca buku ini tanggal 27 Mei 2022, sekali duduk.

Beberapa waktu sebelum itu, aku sempat unfollow instagram Jerome, karena aku sudah cukup terganggu dengan unggahan cerita dia yang semakin kesini semakin kesana alias serba berlebihan. Apalagi setelah ramai isu youtuber X yang memelihara satwa liar dan nama Jerome ikut terseret. Itu cukup membuatku hilang respect kepada Jerome.


Tapi, begitu aku selesai membaca bukunya, aku jadi tau Jerome dari sisi lain. Dari segala proses yang dia lalui sampai mendapatkan semua itu. Benar-benar membuatku tertampar sih. Oh, ya, dia memang layak mendapatkan itu, pikirku. Setelah itu, aku kembali menjadi followers Jerome. 👌😂




Segitu besarnya pengaruh Jerome ke kawula muda zaman sekarang ya. Aku nggak bisa berkata-kata lagi. Langsung saja kusebutkan poin-poin dari buku ini yang membuatku kagum sama Jerome.


Meletakkan Tuhan di atas segalanya. Dalam islam juga demikian, TuhanㅡAllah SWTㅡharus disertakan disetiap langkah, kemanapun kita pergi. Tugas kita adalah ikhtiar, sisanya serahkan pada Allah SWT.

Belajar, Belajar, Belajar. Jerome itu suka belajar (aku juga, tapi merasa nggak pantas bilang ini 😢). Disitu Jerome bahkan memberi saran kalau ingin berhasil maka harus belajar sampai GILA. Setiap helaan napas dalam hidupnya adalah belajar. Bayangkan, dia bahkan sudah mulai menyicil belajar sedari SMP untuk menyiapkan ujian masuk Perguruan Tinggi. Aku? SMP? Nggak tau deh ngapain aja.

Semangat juang, pantang menyerah, YOSH! Diceritakan kalau dia ini berkali-kali ikut lomba dan berkali-kali kalah, tapi habis itu, tetep nggak nyerah, IKUT LOMBA LAGI! Bahkan ajang kejuaraan yang dinilai sangat prestisius dan mustahil untuk dicapai mengingat keadaan dia yang belum fasih bahasa Jepang pun dia ikuti. Dengan darah juang yang membara, dan akhirnya menang. WAW!! *elus dada aja aku*

Berani bermimpi. Jerome itu awalnya cuma mimpi pengen ke Disney Land. Itu baru bisa diwujudkan kalau dia kuliah di luar negeri. Saat itu, rasanya hanya angan-angan belaka untuk bisa kuliah apalagi di luar negeri. But, see?  He did it!  Kekuatan mimpi itu sebenarnya ada. Hanya saja sebagian berani bermimpi, sebagian yang lain takut. Padahal mimpi kan tidak bayar? Mumpung gratis, mimpi saja sekalian yang di luar ekspektasi, sambil diimbangi DOA, YA!  

 

Sepertinya itu saja. Sebenarnya kalau dijabarkan, akan banyak cerita ya, tapi biarlah kamu membaca buku ini sendiri, karena aku sudah tidak bisa berkata-kata.


By the way, ada yang bikin ngakak dari tulisannya Jerome. 

Memang ini bukan rumus yang oke, tapi dalam hidup kita sering merasa lega kalau ada orang lain yang sesusah kita, iya nggak sih? 😂😂😂


Kalau aku sih, YES! Tapi, dalam tanda kutip yaaa, tidak serta-merta aku tertawa di atas penderitaan orang lain.





After all, kalau kamu suka buku yang isinya motivasi, darah juang, jerih payah dan keberhasilan, baca deh bukunya Jerome ini. Dijamin! Semakin tidak termotivasi. 😄

Oke, just kidding ya, teman! Tetap termotivasi kok dan bikin refleksi diri bahkan. Sebab pada dasarnya kesuksesan itu tergantung diri masing-masing, mau miskin atau kaya dari lahir, berpeluang sama untuk menjadi sukses atau gagal. Peluangnya 50:50. Tinggal bagaimana cara kamu menyiasati agar berhasil menjadi bagian dari 50% yang sukses itu. 


AKU DAN KAMU YANG MEMBACA TULISAN INI ADALAH CALON ORANG SUKSES. DUNYA WAL AKHIROH. AAMIIN. 💙





Rate: 8/10 ★


Terakhir...

Bahaya dan kesalahan yang paling besar bukanlah ketika kita memasang target yang terlalu tinggi lalu kita gagal, tapi ketika kita memasang target yang terlalu rendah lalu kita berhasil. ㅡMichelaangelo (hlm. 182)



 

(Photo by Author)


 

"Adakah Orang Sepertiku?"

같은 사람 있을까

Oleh Lucia Song

Penerbit Shira Media

Cetakan ke-1, Tahun 2020

248 hlm; 13 x 19 cm

ISBN 978-602-7760-34-9

Rp89.000,-

 

 

 

“Hanya saja, aku lelah pada pekerjaan dan hubungan dengan orang lain, juga pada cinta.”

 

Aku memang tidak lebih bahagia daripada orang lain, tetapi tidak seburuk itu.

Aku tidak merasa tertekan juga tidak merasa gembira.

Aku menyukai seseorang,

tetapi terkadang tidak menyukainya.

Begitulah, setengah introver, setengah ekstrover.

 

Seseorang yang sepertiku.

(Blurb)

 

 

 

Menurutmu, adakah orang seperti dirimu?

Memangnya dirimu itu seperti apa? Hihi

 

Hai, akhirnya aku mereview buku lagi setelah sekian purnama. 

Menarik ya judul bukunya? Aku langsung berminat memilikinya begitu pengumuman pre-order dibuka. Kalau kamu? Bagaimana caramu menentukan buku apa yang mau dibeli? Untuk sekarang, esai Korea masih menjadi koleksi favoritku.

 

Aku mau menceritakan sedikit isi buku ini (dan mungkin sedikit curhat). Kalau dilihat dari judul dan ilustrasi cover, yang kubayangkan akan isinya adalah kehidupan seseorang pada usia quarter-life yang begitu sulit dan menekan.


(Sumber: twitter.com/kevinpramudya_)

 

Suatu saat ia berbuat seperti ini, di lain waktu ia seperti itu. Ia berusaha mengeluarkan senyuman palsu pada semua orang yang ditemuinya. Ia juga harus menjaga image sepanjang hari demi predikat ‘ramah’ dan bintang lima dari pelanggan. Ia perlu bersosialisasi dan menerima telepon dari puluhan orang. Malamnya, ia terus mengingat apa saja yang sudah dilakukannya pada hari itu dan mau tidak mau ia harus merefleksikannya demi esok hari yang mungkin tidak lebih baik.

 

Bukankah kehidupan (menjelang) dewasa memang seperti itu?

Namun, jika ini adalah bagian dari hal yang dimiliki orang dewasa, aku berharap selamanya tidak menjadi seperti orang dewasa. (hal. 6)

 


Sudah sampai fase manakah hidupmu sekarang? Apakah kamu tipe yang mengikuti urutan hidup secara tertib (sekolah-kuliah-kerja-menikah) atau kamu adalah seseorang yang bebas dan suka melanggar jalur? Kalau aku, hhmmm, apa ya, aku juga sedang di ambang kegelisahan sama sepertimu.


(Sumber: instagram.com/chloe_y_m)


Di satu sisi, kamu harus memulai kehidupan usia produktif (pasca lulus dari universitas), di sisi lain, kamu harus melawan dirimu sendiri (ego) yang belum siap melepaskan kenyamanan yang sudah melekat sejak dulu. Kamu belum berani, dan kamu takut untuk menghadapi kenyataan hidup yang siap menyambutmu ketika kamu benar-benar bangun dari tempatmu sekarang. Bukankah begitu?

 

Lagi-lagi kamu dipaksa. Tapi...

Memulai atau tidak memulai itu adalah sebuah kebebasan, tetapi tidak akan ada hasil yang didapatkan jika tidak memulainya. (hal.34)

 

Hhhh, berapa kali lagi kira-kira harus menghembuskan napas?

 

Sulit bagiku untuk mengakui bahwa aku adalah seseorang yang menuju usia dewasa dan produktif. Memang kelihatan sekali pada diriku bahwa aku belum siap. Tapi, mau bagaimana lagi? Aku harus bekerja keras, aku harus berusaha, aku harus menampilkan yang terbaik, aku juga harus memberikan senyuman palsu. Sekali lagi, aku terpaksa mengikuti alur hidup (re: tekanan sosial) yang seperti sudah dirancang itu.

 

Karena pada dasarnya,

Menjadi pribadi yang diharapkan oleh seseorang sampai kapanpun adalah hal yang menyesakkan hati. (hal. 51)

 

(Sumber: twitter.com/kevinpramudya_)

 


Jadi, itulah jawabanku untuk pertanyaan yang menjadi judul buku ini.


Seperti biasa, esai Korea entah bagaimana selalu cocok dengan kondisiku. Isi buku ini tidak jauh-jauh dari realita kehidupan sehari-hari. Tentang tuntutan hidup, hubungan dengan orang lain, pergolakan batin, dan kisah romansa (yang sama sekali tidak pernah terjadi pada diriku).


Aku merekomendasikan buku ini kepadamu, jika kamu merasa sedang hampa dan hilang arah. Ya memang benar, membaca buku tidak lantas memperbaiki keadaanmu. Tapi, asal kau tau saja, walaupun tidak sebegitu berpengaruh, setidaknya kamu merasa memiliki teman senasib, bahwa di luar sana juga ada seseorang yang sama sepertimu. Buktinya buku ini laris di Korea sampai diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Itu berarti banyak orang yang sedang dalam kondisi gundah gulana, bukan?

 

(Photo by Author)

Selain itu, aku suka membaca buku yang banyak mengandung quotes, apalagi kalau ada kemiripan denganku. Sejauh ini kebanyakan quotesnya pasti relate sih, hihi. Kubilang, aku memang cocok dengan buku-buku 자까님 Korea.

 

🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸


Psstt..

Ada satu halaman di buku ini yang cukup menenangkan jika kamu membacanya pada hari ulang tahunmu. Aku tidak akan membocorkan apa tulisannya, karena ini bersifat surprise. Yang pasti akan muncul perasaan bahagia ketika kamu menelisik kata demi kata di halaman itu. HAHAHA.

 




I give 7/10 for this book•


Terakhir...

Adalah hal yang menyenangkan jika aku bisa menjadi kebahagiaanmu. (hal. 183)