Mantappu Jiwa (Buku Latihan Soal)
Oleh Jerome Polin Sijabat
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama (e-book)
Tahun 2019
224 hlm.; 20 cm
ISBN DIGITAL: 9786020632421
(Photo by me) |
Dalam mencapai sesuatu memang harus ada yang dikorbankan, termasuk hal yang terlihat baik sekalipun. Kita harus berani mengorbankan yang baik demi meraih yang terbaik. (hlm. 100)
Quote di atas sudah pernah kujadikan bahan cerita lho karena memang aku sependapat. Kalau kamu berkenan membaca, silakan kunjungi blogku yang ini 🠞 Untuk Mendapatkan Sesuatu Kau Juga Harus Kehilangan Sesuatu (sangat kuapresiasi jika kamu meninggalkan komentar juga). Sejujurnya, aku mendapatkan kutipan tersebut dari drama Korea "Pinocchio", hihi.
Hai!
Aku kembali dengan membawa cerita baru yang kuambil dari buku pertamanya Jerome Polin. Walaupun judul tulisan ini adalah Book Review, tapi nggak papa ya kalau aku sambil curhat? (Yang kulakukan selama ini juga begitu sih, curhat berkedok review. Maafkan, karena my blog my diary).
Di Indonesia ini, nggak mungkin rasanya kalau tidak mengenal Jerome, betul?
Aku sendiri termasuk "baru" mengenal Jerome, dalam artian tidak mengikuti perjalanannya dari nol. Nah, kalau kamu sama halnya denganku (apalagi kalau kamu penggemar Jerome), kamu bisa baca buku ini, karena di sini disuguhkan cerita kehidupan seorang Jerome Polin. Sebenarnya aku bukan tipe yang suka membaca cerita sukses orang lain, karena pasti isinya dibuat sedramatis mungkin sehingga banyak orang bersimpati atas kisahnya dan seterusnya dan seterusnya.
Kalau begitu, berarti aku iri dong?
Memang, katakan saja aku iri dengan setiap kesuksesan orang lain. Apalagi dengan bumbu peluh keringat, tetes air mata dan background kemiskinan di dalamnya.
Klise sekali, iyakan? Rasanya seperti tidak mungkin.
Banyak perdebatan tentang yang miskin semakin miskin, yang kaya semakin kaya. Dan yang sukses sudah tentu memiliki privilege. Awalnya, aku sepenuhnya setuju dengan hal itu. Mereka yang sukses itu pasti membawa sesuatu yang bisa meringankan langkah mereka kepada kesuksesan. Tidak mungkin orang miskin tiba-tiba sukses bergelimang harta. Bukankah benar jika dipikir dengan logika?
Sampai sekarangpun aku masih memiliki pemikiran seperti itu. Kenyataannya memang demikian, kita hidup pada masa di mana kapitalisme menjarah akal pikiran dan hati nurani kemanusiaan. Semuanya serba uang. Uang, uang, uang.
Materi dan ketenaran adalah number wahid periode ini. Coba bilang padaku, apakah kamu salah satu yang menganggap bahwa uang dan popularitas adalah indikasi kesuksesan?
🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹🔹
Oke, yang di atas adalah preambule. Mari kita bahas tulisan Jerome.
Aku pernah membaca review seseorang yang mengatakan bahwa buku ini lebih bercerita kepada proses daripada hasil. Setelah kucermati, memang benar. Jerome membeberkan kisahnya bahkan dari bayi sampai namanya sebesar sekarang.
Kalau kamu penasaran kenapa diberi judul "Buku Latihan Soal", itu karena betul ada soal MATEMATIKAnya, guys. Bayangkan!! Jerome mengubah soal-soal itu menjadi solusi pemecahan masalah hidup. Masalah hidup aja penyelesaiannya pakai rumus Matematika. WOW! Sangat berdedikasi dan visionable, yorobun!!
Apa nggak pulang aja sekalian Jer? Aku baru melihat variabel x y saja sudah mual, apalagi ditambah rumus integral limit tak hingga. Kayaknya cintaku padamu sih yang tak hingga. Oke, baiqlah. Ini garing. Skip!
(Photo by me | Caption: Please, Jer! ini receh) |
Sejujurnya, aku bingung mau menuliskan apa di sini, karena saking banyaknya cerita Jerome yang bikin aku Salute!!
Yang kalau kuceritakan, akan sangat panjang dan meluas kemana-mana. Gitu ya kalau seseorang memiliki darah juang, kisahnya inspirational bin menggugah jiwa. Apalah aku ini? EH tapi YA ALLAH, semoga kesuksesan menantiku di depan sana, begitupun kamu. AAMIIN.
Di buku ini tuh ada beberapa quotes yang gimana ya bilangnya... gini,
sebelum baca buku ini, aku juga udah merasakan kebenaran quotes itu, gitu lho, paham? 🙆
Ya ituu, kaya quote yang kububuhkan paling atas.
Jadi, be lyke, Oh! Jerome juga merasakan ini, itu, oh kita sama. Bedanya, dia punya semangat juang membara, sementara semangatku sudah terbang bersama angin. 😭😢
Sebenarnya semangatku juga tinggi kok, cuma ngga ada support system aja. (ini beneran curhat ✌)
Salah satunya, quotes yang ini, aku sepenuhnya setuju.
Memulai memang yang paling susah. Tetapi, sekali sudah mulai, rasanya semangat banget buat melanjutkan. Baru setelah itu, menjalankan dengan konsisten juga tidak kalah susah.
(hal. 177)
Contohnya ketika mengerjakan skripsi, melanjutkan cerpen yang sudah lama tidak disentuh, termasuk menulis blog ini. Indeed. Membangun niat memang berat ya? Tapi, istiqomah lebih berat lagi.
ஃ Intermezzo sebentar karena ada sebuah funfact:
Aku selesai baca buku ini tanggal 27 Mei 2022, sekali duduk.
Beberapa waktu sebelum itu, aku sempat unfollow instagram Jerome, karena aku sudah cukup terganggu dengan unggahan cerita dia yang semakin kesini semakin kesana alias serba berlebihan. Apalagi setelah ramai isu youtuber X yang memelihara satwa liar dan nama Jerome ikut terseret. Itu cukup membuatku hilang respect kepada Jerome.
Tapi, begitu aku selesai membaca bukunya, aku jadi tau Jerome dari sisi lain. Dari segala proses yang dia lalui sampai mendapatkan semua itu. Benar-benar membuatku tertampar sih. Oh, ya, dia memang layak mendapatkan itu, pikirku. Setelah itu, aku kembali menjadi followers Jerome. 👌😂
Segitu besarnya pengaruh Jerome ke kawula muda zaman sekarang ya. Aku nggak bisa berkata-kata lagi. Langsung saja kusebutkan poin-poin dari buku ini yang membuatku kagum sama Jerome.
Meletakkan Tuhan di atas segalanya. Dalam islam juga demikian, TuhanㅡAllah SWTㅡharus disertakan disetiap langkah, kemanapun kita pergi. Tugas kita adalah ikhtiar, sisanya serahkan pada Allah SWT.
Belajar, Belajar, Belajar. Jerome itu suka belajar (aku juga, tapi merasa nggak pantas bilang ini 😢). Disitu Jerome bahkan memberi saran kalau ingin berhasil maka harus belajar sampai GILA. Setiap helaan napas dalam hidupnya adalah belajar. Bayangkan, dia bahkan sudah mulai menyicil belajar sedari SMP untuk menyiapkan ujian masuk Perguruan Tinggi. Aku? SMP? Nggak tau deh ngapain aja.
Semangat juang, pantang menyerah, YOSH! Diceritakan kalau dia ini berkali-kali ikut lomba dan berkali-kali kalah, tapi habis itu, tetep nggak nyerah, IKUT LOMBA LAGI! Bahkan ajang kejuaraan yang dinilai sangat prestisius dan mustahil untuk dicapai mengingat keadaan dia yang belum fasih bahasa Jepang pun dia ikuti. Dengan darah juang yang membara, dan akhirnya menang. WAW!! *elus dada aja aku*
Berani bermimpi. Jerome itu awalnya cuma mimpi pengen ke Disney Land. Itu baru bisa diwujudkan kalau dia kuliah di luar negeri. Saat itu, rasanya hanya angan-angan belaka untuk bisa kuliah apalagi di luar negeri. But, see? He did it! Kekuatan mimpi itu sebenarnya ada. Hanya saja sebagian berani bermimpi, sebagian yang lain takut. Padahal mimpi kan tidak bayar? Mumpung gratis, mimpi saja sekalian yang di luar ekspektasi, sambil diimbangi DOA, YA!
Sepertinya itu saja. Sebenarnya kalau dijabarkan, akan banyak cerita ya, tapi biarlah kamu membaca buku ini sendiri, karena aku sudah tidak bisa berkata-kata.
By the way, ada yang bikin ngakak dari tulisannya Jerome.
Memang ini bukan rumus yang oke, tapi dalam hidup kita sering merasa lega kalau ada orang lain yang sesusah kita, iya nggak sih? 😂😂😂
Kalau aku sih, YES! Tapi, dalam tanda kutip yaaa, tidak serta-merta aku tertawa di atas penderitaan orang lain.
After all, kalau kamu suka buku yang isinya motivasi, darah juang, jerih payah dan keberhasilan, baca deh bukunya Jerome ini. Dijamin! Semakin tidak termotivasi. 😄
Oke, just kidding ya, teman! Tetap termotivasi kok dan bikin refleksi diri bahkan. Sebab pada dasarnya kesuksesan itu tergantung diri masing-masing, mau miskin atau kaya dari lahir, berpeluang sama untuk menjadi sukses atau gagal. Peluangnya 50:50. Tinggal bagaimana cara kamu menyiasati agar berhasil menjadi bagian dari 50% yang sukses itu.
AKU DAN KAMU YANG MEMBACA TULISAN INI ADALAH CALON ORANG SUKSES. DUNYA WAL AKHIROH. AAMIIN. 💙
Rate: 8/10 ★
Terakhir...
Bahaya dan kesalahan yang paling besar bukanlah ketika kita memasang target yang terlalu tinggi lalu kita gagal, tapi ketika kita memasang target yang terlalu rendah lalu kita berhasil. ㅡMichelaangelo (hlm. 182)